Membangkitkan Semangat Belajar dengan Persaingan
Belajar merupakan setiap perubahan yang relatif menetap
dalam tingkah laku yang terjadi sebagai
suatu hasil dari latihan atau pengalaman (Morgan dalam Muslimah, 2013). Dalam
belajar diperlukan suatu dorongan ataupun penggerak agar siswa bisa rajin dan
tekun, sehingga memperoleh prestasi akademik yang memuaskan. Motivasi tersebut dapat berasal dari dalam
(instrinsik) maupun dari luar individu (ekstrinsik), yang dapat mengembangkan
daya kreasi dan imajinasi pelajar serta menjaganya tetap tekun belajar. Salah
satu penggerak tersebut adalah dengan saingan atau kompetisi. Pesaingan, baik
persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa (Sardiman, 2003). Prestasi
orang lain yang jauh lebih baik dari kita, akan menimbulkan keirian dan
memicu semangat belajar dalam diri kita, dan berkeinginan untuk bisa
mengunggulinya. Dengan kata lain kompetisi dapat dijadikan sarana dalam
meningkatkan belajar siswa.
Contoh aplikasi persaingan sebagai pembangkit motivasi belajar siswa yakni pada
kasus Dina yang merupakan siswa paling berprestasi dikelas dan selalu mendapat juara kelas dalam setiap ujian. Kondisi ini
berubah semenjak ada anak pindahan dikelasnya. Ia tak lagi menjadi juara kelas
dikarenakan anak baru tersebut yang meraih juara satu. Hal ini juga berimbas
pada perilaku teman – temannya yang lebih memilih bertanya kepada anak baru
tersebut, disaat ada penjelasan guru yang kurang mereka pahami. Keadaan ini
membuat dina iri sekaligus memicu semangat belajar dalam dirinya. Motif dina
belajar rajin adalah agar bisa mengungguli prestasi anak baru tersebut dan
kembali mendapatkan juara kelas. Dapat pula dikatakan adanya persaingan dikelas
akan semakin membuat siswa semangat dalam belajar. Persaingan membuat individu
berlomba satu sama lain untuk menunjukan kemampuan terbaik yang mereka miliki.
Tidak adanya persaingan, cenderung akan membuat rendahnya
motivasi individu dalam belajar. Hal ini dikarenakan tidak ada sesuatu yang
membuat dia tertantang untuk melebihi orang lain ataupun ia mempunyai anggapan
bahwa individu lain memiliki kemampuan
dibawahnya. Akan tetapi disaat dia dihadapkan pada situasi dimana individu lain
lebih unggul darinya, maka jiwa kompetisinya akan muncul dan meningkatlah
semangat belajarnya. Sesuai dengan contoh dina tadi, sebelum ada anak baru
dikelasnya, ia masih meremehkan belajar, karena selama ini ialah juaranya. Akan
tetapi kondisi ini berubah setelah terdapat anak baru dikelasnya.
Jiwa
kompetisi dalam diri dina mulai muncul disebabkan prestasi anak baru tersebut
lebih baik dari dina. Intensitas belajar dina mulai ditambah dan ia menjadi
lebih tekun dari sebelumnya. Hal ini ia lakukan tidak lain karena ingin
mengungguli prestasi anak baru tersebut dan mendapatkan lagi juara kelas yang
sempat terlepas dari genggamannya.
Adanya persaingan atau kompetisi diharapkan mampu memicu
semangat belajar siswa. Setelah ia bersemangat dalam belajar tentu akan muncul
hasrat untuk belajar dalam dirinya. Adanya kesengajaan atau maksud dalam
belajar sudah barang tentu akan mencetak
hasil yang lebih baik dan memuaskan daripada yang tanpa maksud. Hasil tersebut
bisa berupa baiknya nilai – nilai yang diperoleh dalam suatu mata pelajaran.
Nilai – nilai yang baik dapat menjadi motivasi yang kuat dalam belajar bagi
siswa (Sardiman, 2003).
Daftar Pustaka:
Muslimah.(2013).Hand Out Psikologi Pendidikan.Yogyakarta:
UP45
Sardiman.(2003).Interaksi dan motivasi belajar –
mengajar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Comments
Post a Comment