Managemen Kenangan Pahit



Kehidupan selalu menjadi guru terbaik  bagi semua manusia. Dimana didalamnya terdapat media pendewasaan diri lewat kejadian dan pengalaman – pengalaman hidup. Kejadian – kejadian tersebut ada yang  bersifat biasa saja, akan tetapi ada pula yang kian berarti bagi diri seseorang.  Keberartian itu menempatkan suatu kejadian ataupun orang  menjadi hal yang  paling baik diingat dimemorinya (Muslimah, 2013) dan mendapatkan tempat tersendiri dibenak orang tersebut. Ironisnya  pengalaman – pengalaman yang berkesan tersebut kebanyakan berupa hal – hal yang menyakitkan yang pernah terjadi dalam hidupnya. Kenangan manis yang tinggal kenangan, dimana keberadaanya tak mungkin lagi untuk  diulang kembali, akan tetapi juga terlalu indah dan menyakitkan jika harus dilupakan serta dikenang. Kenangan - kenangan itu juga menempatkan seseorang pada dua kondisi yang sulit baginya, yakni antara melepaskan dan mempertahankannya. Melepaskan untuk kemudian melanjutkan perjalanan hidupnya lagi ataukah tetap bertahan dengan semua kenangan itu yang justru membuatnya kehilangan masa depan dirinya.

 Bagi orang yang mudah bangkit dari keterpurukan akan mudah untuk melupakan semua kenangan pahit itu, dan memilih untuk mencari pengalaman hidup baru. Akan tetapi bagi orang yang terlanjur terpaut dengan suatu kejadian ataupun orang dan menempatkan orang tersebut berarti bagi hidup dan hatinya, tidak akan semudah itu untuk melupakannya. Butuh berhari – hari bahkan bertahun – tahun untuk bisa kembali melanjutkan hidupnya yang sempat tertunda karena kehilangan seseorang yang berarti.  Bahkan ada juga yang enggan beranjak dari semua kenangan itu dan memilih hidup dalam kepalsuan. Kondisi ini bisa menjadi gangguan bagi kesehatan mental seseorang, dimana ia mulai mengalami depresi, frustasi, stress, dan  tidak bisa menikmati waku luangnya dengan nyaman (Scaufis, 1993).
Agar  kenangan di masa lalu itu tak menjadi penghalang bagi individu dalam melanjutkan hidupnya, maka ia harus  mengikhlaskan semua yang berhubungan dengan kenangan itu, termasuk juga orang yang terlibat dalam kenangan tersebut. Menerima semua ketetapan – Nya dengan hati yang  lapang dan selalu berfikiran positif atas semua kejadian yang terjadi dalam kehidupan ini. Dengan kata lain pengendalian disini lebih kearah mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dan meyakini bahwa semua  ketetapan – Nya adalah yang terbaik untuk kita. Selain itu ia juga harus mulai membuka dirinya untuk lingkungan luar dan semakin menyibukan diri dengan kegiatan yang bukan hanya bermanfaat untuk dirinya akan tetapi juga bermanfaat untuk orang lain. Semakin sibuk seseorang maka semakin mudah dalam menyimpan  kenangan yang tidak mengenakan tersebut. Semakin baik interaksi sosialnya dengan dunia luar akan membantu menjaga kesehatan mental yang ia miliki. Hal ini sesuai dengan pendapat Barber (1964 dalam Notosoedirjo & Latipun, 2001) makin baik interaksi sosial seseorang makin baik kesehatan mentalnya, dan sebaliknya makin terpencil interaksi sosialya makin beresiko mengalami gangguan psikiatris.

Bagaimanapun pengalaman merupakan guru terbaik bagi manusia. Lewat pegalaman  yang sedih kita diajarkan untuk mengikhlaskan sesuatu yang telah hilang dari hidup kita dan belajar bersabar dalam menghadapi semua cobaan - Nya. Sedang disaat kita senang, kita diharuskan untuk selalu mensyukuri semua nikmat dan karunia – Nya. Saat semua masa – masa indah itu telah jadi kenangan belaka, janganlah kita terus menerus larut dalam kesedihan dan berhenti untuk melanjutkan hidup. Langkah yang sebaiknya kita lakukan yakni segera bangkit dan menjadikan kenangan tersebut menjadi pelajaran berharga agar kedepannya kita tidak melakukan kesalahan yang sama dua kali. Bukan berarti juga lantas melupakan kenangan – kenangan itu tetapi lebih tepatnya menyimpannya untuk diambil pelajaran semata. Diharapkan managemen kenangan pahit nan berharga itu akan mampu membawa kita kegerbang kesuksesan dan tetap bisa menjadikan kesehatan mental kita tetap terjaga.


Daftar Pustaka:
Muslimah.(2013).Hand Out Psikologi Pendidikan.Yogyakarta : UP 45
Notosoedirjo, M & Latipun.(2001).Kesehatan Mental, Konsep & Penerapan.Malang : UMM PRESS
Scoufis,M.(1993).Stress and coping.In McWalters, M (Revised Edition), Understanding psychology ( pp 206 – 224).NSW:McGraw-Hill

Comments

Popular posts from this blog

YAYASAN BINA POTENSI YOGYAKARTA

Hubungan Dyadic dapat Memicu Stress

Kliping Koran:Dirintis, Sistem Royalti Lukisan