Posts

Showing posts from June, 2014

Optimalkan Potensi Diri = Tingkatkan Citra Diri Anak Berkebutuhan Khusus

Image
sumber : google   Citra diri merupakan gambaran tentang diri sendiri (Cremer dan Siregar, 1993 dalam Shinta, 2002). Dimana pembentukan citra diri ini bukan sesuatu yang dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh melalui interaksi sosial dengan lingkungannya. Adanya citra diri ini juga akan menetukan cara seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain, misalnya saja seorang guru. Guru ini tentunya harus mempunyai image atau citra diri yang baik dimasyarakat, yang mana guru merupakan sosok yang mempunyai andil dalam mencerdaskan seorang anak baik itu secara moral maupun intelektual.   Untuk itu biasanya citra diri yang ada pada guru di masyarakat seperti jujur, adil, disiplin, berwibawa, cerdas, bertanggung jawab, dan lain sebagainya.  Mengingat citra diri itu melekat disetiap orang baik itu orang normal maupun berkebutuhan khusus, tentunya juga harus mampu menerima pencitraan atas dirinya entah itu negatif ataupun posistif. Kenyataan yang ada tidak semua orang mampu dengan mudah

Hubungan Dyadic dapat Memicu Stress

Image
sumber: google.com Sejak kecil Dito tinggal dengan neneknya, sehingga sangat menyayangi neneknya. Dito juga selalu menuruti perkataan si nenek dan berusaha membuat nenek bahagia. Tanpa sepengetahuan Dito, ternyata nenek mempunyai penyakit yang serius, yang mana suatu hari penyakit tersebut kambuh tepat sebelum Dito mengikuti tes di Perguruan Tinggi (PT). Sang nenek yang paham betul watak cucunya kemudian pergi keluar kota agar tidak mengganggu konsentrasi Dito dalam mengikuti ujian penting dalam hidupnya tersebut.   Aplikasi di atas merupakan   contoh dari hubungan dyadic. Dimana pengertian hubungan dyadic ini sendiri adalah hubungan antara dua orang yang dapat mempengaruhi kehidupan individu (Shinta, 2002), yang mana dalam hubungan tersebut faktor emosi dan perasaan cenderung lebih berperanan daripada hubungan dalam kelompok besar (Hare, 1962 dalam Shinta, 2002).

Superego Mengekang Orang dari Perilaku Menyimpang

Image
sumber:google.com Konsep manusia dalam psikoanalisis memandang manusia sebagai makhluk yang digerakan oleh keinginan – keinginan terpendam (Rakhmat, 1996). Tokoh dari psikoanalisis ini sendiri adalah Sigmund Freud. Freud memberikan perhatian lebih pada totalitas kepribadian manusia (Asch, 1959 dalam Rakhmat, 1996). Dimana terdapat tiga sub sistem dalam kepribadian manusia yang mempengaruhi perilakunya. Sub sistem yang pertama yaitu Id, merupakan bagian kepribadian yang menyimpan dorongan biologis manusia dan pusat instrinsik (Rakhmat, 1996). Adanya id ini ingin memuaskan kebutuhan tersier atau kebutuhan yang bersifat kesenangan semata, tanpa mempertimbangkan baik atau buruk, melanggar moral atau hak orang lain atau tidak dan sering kali bersifat egois. Sebagai contoh Andi tertarik dengan jam tangan yang dikenakan oleh Tono, kemudian timbulah keinginan dalam hatinya untuk memiliki jam tersebut. Untuk mewujudkan keinginannya, andi berniat ingin mencuri jam tangan Tono. Adanya nia

Aktualisasi Diri Terpenuhi, Kepribadian Anak Menjadi Baik

Image
sumber:google.com Kebutuhan aktualisasi diri menunjang terbentuknya kepribadian yang baik dalam diri individu. Dimana kepribadian antara satu orang dengan orang lainnya tidak sama dan adanya kepribadian ini menjadikan manusia menjadi makhluk yang unik. Pengertian kepribadian sendiri adalah o rganisasi psikofisik yang dinamis, unik, relatif mantap, berbeda satu dengan yang lainnya, yang mewarnai atau dipakai seseorang dalam berinteraksi d en g a n lingkungan sosialnya (Dewi, 2014). Sudut pandang kepribadian dalam pandangan humanistik menekankan seorang individu tumbuh kearah kebebasan untuk memilih takdirnya sendiri, dan pertumbuhan pribadi yang positif (Gayatri, 2014). Sebagai contoh seorang anak sangat pandai sekali melukis, ia ingin sekali melanjutkan ke sekolah seni agar bakatnya itu semakin berkembang dan tersalurkan. Akan tetapi kedua orang tuanya menyuruhnya masuk ke kedokteran untuk meneruskan jejak sang ayah. Konflikpun akhirnya muncul di dalam diri sang anak, antara m

Metode Fernaid untuk Mengatasi Kesulitan Membaca

Image
sumber :  google.com Membaca membanyak banyak manfaat dalam kehidupan, akan tetapi juga terdapat beberapa kasus yang sering dialami anak-anak berkenaan kekeliruam membaca. Kekeliruan tersebut bisa berupa penghilangan suku kata, penyisispan kata baru dalam sebuah kalimat, pengcapan kata yang salah, maupun pembalikan dalam membaca kata, dan tidak mengetahui arti sebuah kata (Abdurrahman, 2012 dalam Gayatri, 2014). Gejala-gejala tersebut merupakan indikasi bahwa anak sedang mengalami kesulitan dalam membaca. Dimana pengertian dari kesulitan membaca sendiri adalah suatu sindrom kesulitan dalam mempelajari komponen-komponen kata dan kalimat, mengintegrasikan komponen-komponen kata dan kalimat, dan dalam belajar serta sesuatu yang berkenaan dengan waktu, arah, dan masa (Bryan & Bryan, dalam Mecer, 1979 dalam Abdurrahman, 2012, dalam Gayatri, 2014). Prediksi penulis jika seorang anak terus-terusan mengalami kesulitan membaca maka perkembangan anak tersebut akan terganggu. Se