Hubungan Dyadic dapat Memicu Stress
sumber: google.com |
Sejak
kecil Dito tinggal dengan neneknya, sehingga sangat menyayangi neneknya. Dito
juga selalu menuruti perkataan si nenek dan berusaha membuat nenek bahagia.
Tanpa sepengetahuan Dito, ternyata nenek mempunyai penyakit yang serius, yang
mana suatu hari penyakit tersebut kambuh tepat sebelum Dito mengikuti tes di
Perguruan Tinggi (PT). Sang nenek yang paham betul watak cucunya kemudian pergi
keluar kota agar tidak mengganggu konsentrasi Dito dalam mengikuti ujian
penting dalam hidupnya tersebut.
Aplikasi
di atas merupakan contoh dari hubungan
dyadic. Dimana pengertian hubungan dyadic ini sendiri adalah hubungan antara
dua orang yang dapat mempengaruhi kehidupan individu (Shinta, 2002), yang mana
dalam hubungan tersebut faktor emosi dan perasaan cenderung lebih berperanan
daripada hubungan dalam kelompok besar (Hare, 1962 dalam Shinta, 2002).
Prediksi
penulis jika Dito mengetahui kondisi kesehatan neneknya, tentu ia tidak akan
berangkat ke test tersebut. Apalagi sampai Dito kehilangan nenek tercintanya,
pasti akan terjadi perubahan besar dalam hidupnya. Dimana perubahan tersebut
cenderung buruk dan dapat menjadi sumber utama stress bagi Dito. Hal ini sesuai
dengan pendapat Holmes & Rahe (1985 dalam Gibson Ivan Cevich &
Donatelly, 1985 dan Mohammad, 1983 dalam Shinta, 2002) bahwa kematian pasangan
hidup, perceraian perkawinan dan kematian anggota keluarga yang terdekat
menempati peringkat lima besar tentang stress
yang dialami individu karena adanya perubahan dalam kehidupan sosialnya.
Mengingat
efek dari hubungan dyadic ini, maka diperlukan suatu pengendalian yaitu
individu harus menyadari bahwa setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Sehingga
saat salah satu dalam hubungan dyadic kehilangan pasangannya, maka hidupnya
tidak akan terhenti sampai disitu. Sebaliknya ia tetap bisa melanjutkan hidup
dan berbuat yang terbaik untuk bisa membanggakan orang yang ia sayang yang
telah pergi duluan tersebut.
Daftar
Pustaka:
Shinta.
(2002). Pengantar Psikologi Sosial Edisi kedua. Yogyakarta : Universitas
Proklamasi 45
Comments
Post a Comment