Pengantar Psikologi Sosial
Psikologi merupakan ilmu tentang perilaku atau aktivitas
– aktivitas, dimana perilaku atau aktivitas – aktivitas tersebut merupakan
manifestasi dari kehidupan kejiwaan (Walgito, 1994). Ilmu psikologi sendiri mempunyai
cabang yang mempelajari tentang perilaku manusia dalam berinteraksi
dimasyarakat atau lingkungan sosial. Cabang tersebut dikenal dengan nama
psikologi sosial. Perilaku individu dimasyarakat merupakan akibat dari stimulus
yang diterimanya baik yag bersifat eksternal ataupun internal (Walgito, 1994).
Sebagai contoh terdapat seorang karyawan disebuah perusahaan yang sedang
mengalami konflik internal dengan keluarganya, tanpa sadar pekerja tadi
membentak rekan kerjanya sebagai bentuk pelampiasan kekesalan atas masalah dengan
keluarganya. Perilaku membentak tadi merupakan respon atas sikap rekan kerjanya
yang usil atau mengganggu. Padahal pada kondisi wajar pekerja tadi tidak akan
menanggapi gurauan rekannya dengan serius, akan tetapi karena ia sendiri sedang
mengalami konflik internal maka emosinya pun ikut tersulut. Sehingga berbuahlah
bentakan pada rekan kerja yang awalnya hanya bercandaan serta tidak tahu apa –
apa.
Hakikat manusia sebagai makhluk sosial yang tidak bisa
hidup sendirian menjadikan satu sama lain saling membutuhkan. Untuk memenuhi
kebutuhan ini maka diharuskan semua anggota masyarakat saling berinteraksi. Intensitas
interaksi tersebut juga turut mempengaruhi sehat atau tidaknya kesehatan mental
yang dimiliki. Individu yang terasing dari lingkungan pergaulannya atau minim
sekali bersosialisasi dengan orang lain akan mudah terkena gangguan kesehatan
mental seperti mudah terkena stress,
frustasi dan lain sebagainya.
Begitu juga sebaliknya individu yang mampu bersosialisasi dengan baik dengan lingkungan diluar dirinya akan membuat kesehatan mentalnya tetap terjaga. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Barber (1964 dalam Notosoedirjo & Latipun, 2001) bahwa makin baik interaksi sosial seseorang makin baik kesehatan mentalnya, dan sebaliknya makin terpencil interaksi sosialnya makin beresiko mengalami gangguan psikiatris.
Begitu juga sebaliknya individu yang mampu bersosialisasi dengan baik dengan lingkungan diluar dirinya akan membuat kesehatan mentalnya tetap terjaga. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Barber (1964 dalam Notosoedirjo & Latipun, 2001) bahwa makin baik interaksi sosial seseorang makin baik kesehatan mentalnya, dan sebaliknya makin terpencil interaksi sosialnya makin beresiko mengalami gangguan psikiatris.
Menurut AnneAhira (n.d) psikologi sosial sendiri secara
umum mempelajari tiga kajian, yang pertama yakni mempelajari tentang pengaruh
sosial pada proses individu seperti adanya persepsi yang berbeda atas suatu
masalah sosial, motivasi yang menyebabkan individu melakukan suatu perilaku
juga proses belajar yang dialami oleh masing – masing individu. Kajian kedua
berupa proses individu bersama, seperti adanya perilaku meniru (imitasi)
terhadap suatu tokoh atau model, penggunaan bahasa, cara bersikap dan
berperilaku dimasyarakat. Kajian yang terakhir berupa interaksi dengan
kelompok, seperti menjalin komunikasi dan kerjasama dalam kelompok juga
menyangkut masalah kepemimpinan.
Setelah mempelajari psikologi sosial diharapkan individu
jadi mempunyai gambaran cara berinteraksi yang ideal dilingkungan sosial.
Selain itu ia juga bisa mencari solusi atas konflik atau masalah yang timbul
ditengah – tengah masyarakat sebagai akibat dari adanya perbedaan dimasyarakat.
Lebih dari itu semua diharapkan individu dapat diterima dimasyarakatnya dan
menjadikan interaksinya dengan orang lain semakin baik. Sehingga membuat
kesehatan mental individu tersebut tetap terjaga.
Daftar Pustaka :
Notosoedirjo & Latipun.(2001).Kesehatan Mental,
Konsep & Penerapan.Malang : UMM PRESS
Walgito.(1994).PSIKOLOGI SOSIAL (Suatu
Pengantar).Yogyakarta : ANDI OFFSET
AnneAhira.(n.d).Psikologi Sosial. Retrieved On March 09,
2014, from : http://www.anneahira.com/psikologi-sosial.htm
Comments
Post a Comment