Motivasi Sosial Atasi Interrole Conflict
Motivasi sosial bisa digunakan untuk mengurangi stress pada individu yang mempunyai dua
peran ganda. Sebagai contoh Dika seorang remaja berusia 18 tahun merupakan mahasiswa
disebuah universitas. Selain kuliah Dika juga menjadi pekerja partime disebuah restoran. Ini semua
dilakukannya untuk membantu mencukupi kebutuhan hidup dia dan keluarganya, karena
ayahnya sudah dua tahun terkena penyakit stroke.
Awal mula menjalani runtinitas ini terasa berat bagi Dika, kuliahnya sempat terbengkalai
karena harus membangi waktu dengan kerja. Akan tetapi berkat dukungan keluarga
dan kesadaran diri bahwa nasib keluarganya berada ditangannya membuat Dika
tetap bertahan.
Aplikasi diatas merupakan contoh dari interrole conflict dalam teori peran sebagai
bagian dari interaksi sosial. Dimana interrole
conflict ini timbul ketika seseorang memanggul dua tau lebih posisi yang
mana posisi-posisi tersebut mempunyai tanggung jawab yang saling bertolak
belakang (Shinta, 2002). Kembali pada kasus Dika tadi, sebelum ayahnya sakit ia
hanya mempunyai satu peran yakni sebagai seorang anak atau murid. Akan tetapi
kondisi ini berubah ketika ayahnya sakit, ia jadi mempunyai dua tugas yakni
murid sekaligus membantu peran kepala keluarga. Kedua peran tersebut sudah tentu mempunyai
tanggung jawab yang berbeda. Dimana sebagai seorang remaja dan murid seharusnya
hanya memikirkan kesenangan dan belajar. Akan tetapi karena ayahnya sakit, Dika
harus membantu mencari nafkah yang merupakan kewajiban orang dewasa.
Penulis memprediksikan perubahan peran yang dialami Dika
akan berdampak pada perkembangan psikisnya. Ia akan tumbuh menjadi remaja yang
lebih dewasa dan mandiri dibandingkan remaja seumurannya. Segi negatifnya adalah
adanya dua peran yang bertentangan ini bisa memicu timbulnya stress dalam diri dika. Dimana ia tidak
bisa menyelesaikan tugas dari kedua perannya dengan maksimal. Bukan hanya
kuliahnya saja yang terbengkalai melainkan kinerjanya di restoran tersebut juga
tidak baik. Misalnya karena banyak tugas di kampus membuat Dika sering melamun
saat bekerja, memecahkan alat makan tanpa sengaja, salah mengirim menu
pelanggan dan lain sebagainya.
Stress yang ditimbulkan dari adany dua peran dalam diri
individu ini sebenarnya bisa diatasi dengan pemberian motivasi sosial pada individu.
Dimana motivasi sosial merupakan keberadaan orang lain yang menyebabkan
individu melakukan perilaku tertentu atau kecenderungan perilaku (Shinta,
2002). Dalam kasus dika, perhatian dan dukungan keluarga tentunya akan sangat
berarti baginya. Dimana adanya dukungan ini akan menjadikan Dika kuat menjalani
dua peran yang saat ini ia emban. Misalnya saja saat ada masalah baik itu
masalah kuliah maupun kerjaan, sharing
dengan keluarga khususnya orang tua akan memberikan ketenangan tersendiri. Juga
melihat kerja keras ibunya dalam menggantikan posisi sang ayah dalam mencari
nafkah, akan buatnya lebih bersemangat.
Keberadaan motivasi sosial dalam masyarakat khususnya
lingkungan keluarga, diharapkan mampu menjauhkan individu dari stress akibat adanya interrole conflict.
Daftar Pustaka :
Shinta.(2002) Pengantar Psikologi Sosial, Edisi Kedua.
Yogyakarta : Universiitas Proklamasi 45
Comments
Post a Comment