Kliping Koran: UIN Syarif Hidayatullah Buka Pusat Studi Budaya Betawi
sumber:google.com |
Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta membuka jurusan baru yaitu Pusat Studi
Betawi yang bertujuan untuk mengkaji secara ilmiah budaya-budaya betawi
sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu juga merupakan bentuk dari
kepedulian dan pelestarian salah satu budaya yang terdapat di Indonesia agar
bangsa Indonesia tidak lupa dengan keberadaan budaya-budaya asli tersebut.
Rektor UIN Syarif Hidayatullah, Dede Rosyada dalam sambutannya di Pusat TIK,
Ciputat mengatakan bahwa akan memberikan akses kebudayaan yang berstruktur
ilmiah dan bukan hanya dinikmati oleh masyarakat Betawi melainkan masyarakat
umum.
Landasan
terbentuknya Pusat Studi Betawi ini dikarenakan di UIN Jakarta telah ada
America Corner dan Iran Corner tetapi belum ada Pusat Studi Betawi. Selain itu
juga dapat dijadikan sebagai wadah dalam menggali etos-etos masyarakat Betawi
secara lebih Ilmiah. Ahmad Rodoni sebagai Direktur Pusat Studi Betawi juga
menambahkan cikal bakal PSB UIN sudah dirancang sejak tahun 2000-an, yang mana
dengan adanya riset PBS juga akan mendorong riset-riset sosial lainnya dan
publikasi ilmiah.
Adanya PBS ini juga dikarenakan mayoritas dosen-dosen
pengajar mayoritas berasal dari Betawi yang berdasarkan pemetaan hasilnya
mencapai 90% adalah orang Betawi.
Meskipun
PBS merupakan kebudayaan lokal akan tetapi landasannya tetap berpegang teguh
pada Pancasila dan UUD 1945 dan sudah menjadi harga mati, tutur Murodi. Adanya
PBS ini dimaksudkan untuk mengkaji budaya Betawi secara Ilmiah dan menambah
wawasan tentang salah satu budaya di Indonesia.
Hubungan
artikel ini dengan psikologi Inovasi yaitu merupakan perubahan dalam hal
pengkajian budaya secara ilmiah yang sebelumnya belum ada jurusan berbasis Bahasa
Betawi di universitas-universitas yang ada di Indonesia. Hal ini tentunya juga
dapat menginspirasi lahirnya pusat-pusat studi budaya lain yang ada di
Indonesia.
Sumber : B03. (2015). UIN Syarif Hidayatullah
Buka Pusat Studi Budaya Betawi. Kompas, 1 Oktober 2015, hal. 25
Comments
Post a Comment