Stereotip Gender Bukan Lagi Momok


sumber : google.com
Gender pada zaman dahulu masih membatasi gerak wanita diberbagai bidang kehidupan, khususnya dunia industri atau pekerjaan. Pengertian gender sendiri adalah elemen dasar dalam diri kita (Taylor, Shelley, et.al, 2009). Dimana dahulu kala wanita selalu menjadi sosok yang terbelakang, sedang laki-laki lebih memiliki kedudukan yang terhormat. Keterhormatan ini bisa kita lihat pada jabatan yang diduduki oleh laki-laki di pabrik-pabrik seperti manajer, CEO dan lain sebagainya. Kondisi ini juga didukung oleh sebuah survei nasional tentang peran gender yang nyata dalam setting kerja aktual, yang mana wanita dianggap kurang bisa bekerja dan sulit dipromosikan, kurang kemampuannya untuk mengambil keputusan dan mengatasi tekanan (Taylor, Sheelley, et.al, 2009).

Seiring berkembangannya waktu stereotif gender ini bukan lagi hal yang menakutkan karena mulai memudar. Dimana wanita bukan lagi menjadi sosok yang terbelakang dan tertinggal. Berbagai usaha dilakukan oleh wanita untuk membuktikan keberadaannya agar tidak dianggap lemah lagi. Usaha-usaha ini agaknya juga tidak mengecewakan, yang mana wanita banyak yang meraih kesuksesan dan babhkan mampu bersaing dengan para lelaki serta ada yang bisa mengunggulinya. Dalam Taylor, Sheelley, et.al. (2009) disebutkan ada seorang akuntan wanita yang bekerja di sebuah perusahaan bernama Prince Waterhouse.
Kinerja akuntan wanita yang biasa dipanggil Ann Hopkins ini sangat bagus dan mampu melebihi prestasi pekerja pria di perusahaan tersebut. Hal yang paling mencengankan, Ann mampu menyumbang pemasukan sebesar $ 25 juta untuk perusahaan pada tahun 1982 sehingga banyak kolega yang memuji kinerja Ann Hopkins.

Keberhasilan akuntan wanita ini tentunya menjadi bukti bahwa wanita tidak kalah hebatnya dengan seorang laki-laki. Penulis memprediksikan selain menjadi bukti keberadaan wanita, prestasi Ann di atas juga bisa menjadi referensi dan semangat bagi wanita-wanita lainnya untuk membuktikan kemampuannya diberbagai bidang. Selain itu pencapaian prestasi ini juga merupakan salah satu bentuk dari pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri menurut Maslow, yang mana kebutuhan ini akan terpenuhi jika seseorang mampu menyalurkan bakat atau potensi yang ia miliki sehingga menjadi kebanggaan bagi dia dan lingkungan sekitarnya (Sobur, 2003).

Pegendalian yang bisa dilakukan mengingat stereotip gender tidak lagi pas  dizaman yang serba modern ini. Maka baik laki-laki maupun wanita harus bersiap-siap menghadapi persaingan yang ada, agar dirinya tidak tersisihkan dari masyarakat. Terlebih lagi mengingat tahun 2015 mulai diberlakukannya pasar Bebas ASEAN atau MEA ASEAN, yang mana tenaga-tenaga kerja asing dapat masuk ke Indonesia dengan mudah dan  di era liberalisasi ini juga membutuhkan pekerja terampil untuk bekerja di wilayah ASEAN (Ariyanti, F, 2014). Untuk itu baik laki-laki maupun wanita  harus benar-benar mempersiapkan dirinya dengan berbagai macam sotfskill atau keahlian.


Daftar Pustaka :
Taylor, Shelley, et.al. (2009). Psikologi Sosial Edisi kedua belas. Jakarta : Kencana
Sobur.(2003).Psikologi Umum Dalam Lintasan Sejarah.Bandung : PUSTAKA SETIA
Ariyanti, F. (2014). Hadapi MEA. Tingkat Pendidikan Tenaga Kerja RI Masih Kalah.

Comments

Popular posts from this blog

YAYASAN BINA POTENSI YOGYAKARTA

Kliping Koran:Dirintis, Sistem Royalti Lukisan

Gaya Kepemimpinan Demokratis