Stereotip Gender Bukan Lagi Momok
sumber : google.com |
Seiring
berkembangannya waktu stereotif gender ini bukan lagi hal yang menakutkan
karena mulai memudar. Dimana wanita bukan lagi menjadi sosok yang terbelakang
dan tertinggal. Berbagai usaha dilakukan oleh wanita untuk membuktikan
keberadaannya agar tidak dianggap lemah lagi. Usaha-usaha ini agaknya juga
tidak mengecewakan, yang mana wanita banyak yang meraih kesuksesan dan babhkan
mampu bersaing dengan para lelaki serta ada yang bisa mengunggulinya. Dalam Taylor,
Sheelley, et.al. (2009) disebutkan ada seorang akuntan wanita yang bekerja di
sebuah perusahaan bernama Prince Waterhouse.
Kinerja akuntan wanita yang biasa dipanggil Ann Hopkins ini sangat bagus dan mampu melebihi prestasi pekerja pria di perusahaan tersebut. Hal yang paling mencengankan, Ann mampu menyumbang pemasukan sebesar $ 25 juta untuk perusahaan pada tahun 1982 sehingga banyak kolega yang memuji kinerja Ann Hopkins.
Kinerja akuntan wanita yang biasa dipanggil Ann Hopkins ini sangat bagus dan mampu melebihi prestasi pekerja pria di perusahaan tersebut. Hal yang paling mencengankan, Ann mampu menyumbang pemasukan sebesar $ 25 juta untuk perusahaan pada tahun 1982 sehingga banyak kolega yang memuji kinerja Ann Hopkins.
Keberhasilan
akuntan wanita ini tentunya menjadi bukti bahwa wanita tidak kalah hebatnya
dengan seorang laki-laki. Penulis memprediksikan selain menjadi bukti
keberadaan wanita, prestasi Ann di atas juga bisa menjadi referensi dan
semangat bagi wanita-wanita lainnya untuk membuktikan kemampuannya diberbagai
bidang. Selain itu pencapaian prestasi ini juga merupakan salah satu bentuk
dari pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri menurut Maslow, yang mana kebutuhan
ini akan terpenuhi jika seseorang mampu menyalurkan bakat atau potensi yang ia
miliki sehingga menjadi kebanggaan bagi dia dan lingkungan sekitarnya (Sobur,
2003).
Pegendalian
yang bisa dilakukan mengingat stereotip gender tidak lagi pas dizaman yang serba modern ini. Maka baik
laki-laki maupun wanita harus bersiap-siap menghadapi persaingan yang ada, agar
dirinya tidak tersisihkan dari masyarakat. Terlebih lagi mengingat tahun 2015
mulai diberlakukannya pasar Bebas ASEAN atau MEA ASEAN, yang mana tenaga-tenaga
kerja asing dapat masuk ke Indonesia dengan mudah dan di era liberalisasi ini juga membutuhkan
pekerja terampil untuk bekerja di wilayah ASEAN (Ariyanti, F, 2014). Untuk itu
baik laki-laki maupun wanita harus
benar-benar mempersiapkan dirinya dengan berbagai macam sotfskill atau keahlian.
Daftar
Pustaka :
Taylor, Shelley,
et.al. (2009). Psikologi Sosial Edisi kedua belas. Jakarta : Kencana
Sobur.(2003).Psikologi
Umum Dalam Lintasan Sejarah.Bandung : PUSTAKA SETIA
Ariyanti,
F. (2014). Hadapi MEA. Tingkat Pendidikan Tenaga Kerja RI Masih Kalah.
Retrieved
on June 2014, 26, from: http://bisnis.liputan6.com/read/2028174/hadapimea-tingkat-pendidikan-tenaga-kerja-ri-masih-kalah
Comments
Post a Comment